ANTARAKITA.ID, BLORA – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Blora meminta agar harga beli tebu musim giling 2024 yang telah di putuskan oleh direksi PT. GMM Bulog agar di evaluasi kembali. Yaitu dengan melibatkan petani Blora melalui rapat FTK (Forum Temu Kemitraan). Alasannya, harga beli tebu petani Blora terlalu murah. Apabila tak diindahkan, pihaknya bakal gelar Demontrasi.
Hal ini disampaikan DPC APTRI melalui surat yang dilayangkan kepada Dirut PT GMM Bulog tertanggal 8 Mei 2024 kemarin. Tentunya dengan tembusan ke berbagai pejabat lainnya. Mulai kepala DP4, Bupati Blora hingga Dewa Bulog Rachmad Pambudy.
Sekretaris APTRI Blora, Anton Sudibyo menyampaikan, bahwa untuk membantu nasib petani tebu di Kabupaten Blora yang berjumlah 4000-an orang, dirinya secara lembaga mengirimkan surat permohonan evaluasi harga beli tebu kepada Direktur Utama PG GMM-Bulog Blora yang berlokasi di Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami sudah mengirimkan surat permohonan evaluasi kepada Direksi PG GMM – Bulog kemarin, agar harga beli tebu untuk Petani kita harus dinaikkan, sesuai dengan pasaran harga beli PG lain yang ada di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat. Kita tidak mau di dholimi terus. Ini ibarat kita dijajah Londo Ireng, atau bangsa sendiri,” ungkapnya.
Mantan anggota DPRD Blora itu juga meminta agar jajaran Direksi PG GMM-Bulog memperhatikan benar surat permohonan evaluasi tersebut. Tujuannya tidak lain untuk memperbaiki nasib petani tebu Blora yang terjepit hutang akibat menjalankan budidaya tebu tersebut.
“Kita meminta Direksi PG GMM-Bulog benar-benar memperhatikan nasib ribuan petani tebu di Blora. Tebu kita adalah produk yang terbaik dan banyak dicari oleh pabrik-pabrik Gula di Jawa. Kita kirimkan satu dua kali surat, kalo tidak diperhatikan kita akan demo. Saya berharap Bupati Blora juga bisa ikut memperhatikan petani Blora, rakyatnya!” tandasnya.
Anton menegaskan, dalam surat tersebut juga disebutkan, keputusan harga tebu yang telah ditetapkan oleh direksi PT GMM Bulog saat ini tidak melibatkan para petani tebu, dan hanya keputusan sepihak dari direksi. Disamping itu, sebagai bahan pertimbangan, pihaknya juga melampirkan harga tebu yang ada di berbagai pabrik gula di luar Kabupaten Blora.
“Harga gula yang ada di pasaran sekitar Rp 17.500/kg, dan harga tebu di berbagai pabrik gula di luar Kabupaten Blora telah mencapai sekitar Rp 72.000-Rp 75.000/kwintal. Sementara keputusan Direksi PG GMM-Bulog menetapkan harga beli hanya sebesar Rp 67.000/kwintal atau Rp 670/kg,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua APTRI Blora, Sunoto mengaku prihatin dengan nasib ribuan petani tebu di Kabupaten Blora. Sebab, Direksi PG GMM-Bulog telah menetapkan harga beli tebu petani Blora hanya Rp 67.000/kwintal atau Rp 670/kg.
“Kami sangat prihatin dengan harga beli PG GMM-Bulog Blora yang ditetapkan oleh Direksi yang hanya Rp. 670/kg, padahal harga di Pabrik Gula lain sudah mencapai Rp 810- Rp 840/kg. Harga ini ditetapkan tanpa meminta pendapat para petani tebu, jadi ditetapkan sepihak, padahal harga gula sekarang sudah Rp 17.500/KG,” papar Sunoto.
Untuk harga Tebu di luar Blora harganya lebih tinggi. Misalnya di PT Indo Gula Pastika Kabupaten Seragen, harganya Rp 72.000/kwintal dan 75.000/kwintal untuk Blora. PG Madu Kesmo Jogjakarta Rp 72.000/Kwintal lokal dan Blora 75.000/kwintal. Begitu juga di PG Trangkil, seharga Rp 76.000/Kwintal. PG Rendeng, Rp 75.000/kwintal dan PT KTM Jatim Rp 77.000/kwintal. (sub)