BLORA, ANTARAKITA.ID – Namanya Derry Gudha Dharma.
Pengrajin celengan dari bahan Gypsum.
Unik dan menarik. Selain untuk sarana menabung, karyanya juga dimanfaatkan
sebagai sarana belajar. Yaitu mewarnai.
Dirumah RT 04/RW 01 Dusun Nglorok,
Desa Bangsri, Kecamatan Jepon ini, Derry Gudha Dharma dan sang istri asyik bergelut
dengan Gypsum. Seperti mainan anak-anak. Tapi ini beda, mereka membuat celengan
dengan berbagai karakter. Hasilnya untuk dijual. Mendapatkan pundi-pundi
rupiah.
Derry sapaan akrap Derry Gudha
Dharma mengaku, ia memilih Gypsum sebagai bahan dasar celengan karena lebih
mudah didapatkan. Prosesnya juga tidak sulit. Lebih cepat dibanding tanah liat,
semen dan lainnya. Hasilnya juga lebih unik dan menarik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketertarikan terhadap Gypsum ini
lantaran ia ingin hidup di Blora bersama istri. Sebab selama belasan tahun
hidupnya dihabiskan untuk merantau sebagai buruh bangunan. Disamping jauh dari
rumah, penghasilannya juga tidak menentu.
Berkat ketekunan dan kreativitasnya,
ayah dua anak ini berhasil keluar dari keterpurukan dan menjadi pengrajin kriya
terkemuka di desanya. Bahkan tingkat kabupaten. “Saya memang suka memahat. Awalnya mau buka usaha apa yang bisa dilakukan di rumah. Lantas, terpikir untuk
bikin celengan dari Gypsum yang lebih muda. Kalau dari Semen, tanah liat
prosesnya agak lama. Beda dengan yang ini,” ucapnya sambil membuat celengan.
Produk celengan karya Derry
terbilang melek pasar. Celengan berbahan dasar Gypsum dengan bentuk karakter
tokoh kartun terbukti diminati banyak konsumen. Selain sebagai sarana menabung,
celengan karyanya juga dimanfaatkan sebagai cendera mata, atau hiasan rumah.
“Ada banyak karakter buatan saya.
Ada Snow White, Doraemon, Minion, Naruto, Upan-Upin dan banyak lagi. Tergantung
pesanan juga,” jelasnya.
Untuk membuat celengan ini
tidaklah sulit. Peralatannya juga sederhana. Mulai dari Cetakan, cater, mangkok, sendok, kaca, Gysum dan air. Caranya,
setelah semua bahan siap, Gypsum ditaruh dalam mangkok. Kemudian diberi air.
Lantas diaduk hingga merata.
Setelah dirasa cukup dituangkan dalam cetakan.
Selanjutnya diratakan. Diulangi dua hingga tiga kali. Tergantung ketebalan
celengan. Setelah beberapa menit baru dibuka dan siap finishing.
“Hasilnya dirapikan pakai Cater. Setelah itu bisa diwarnai sesuai
selera,” terang suami Susetyani ini.
Ayah dari Diega Widyadarma dan
Hygia Gudha Darma ini mengaku, dalam sehari ia bisa menghasilkan 50 an buah
celengan. Biasanya diambil pembeli dari Kabupaten Rembang, Tayu, Pati, Kudus,
Seragen, Ngawi dan Blora sendiri.
“Untuk menjangkau pembeli, sekarang sudah
lewat online,” tambahnya.
Selain untuk kebutuhan
sehari-hari, laki-laki berbadan kurus ini juga memiliki niat untuk mengangkat
potensi kerajinan Desa Bangsri. Sebab, saat ini desanya menjadi desa wisata Kampung
Pelangi.
Derry mengaku, usahanya ini sudah
dilakoninya sejak Tiga tahun lalu. Dari bahan 1 karung tepung Gypsum (18 kg)
mampu membuat aneka karakter celengan berukuran kecil sebanyak 80 hingga 90
buah. Sedangkan untuk ukuran sedang dan besar, menyesuaikan kebutuhan serta
bentuknya.
“Setiap hari rata-rata mampu
membuat 50 buah celengan berbagai karakter. Seperti boneka Doraemon, polisi, Semar
dan lainnya. Kemudian diwarnai dengan aneka warna cat sehingga menarik,”
terangnya.
Selama ini, kebanyakan peminat
lebih suka yang masih polosan (belum di cat, red), kemudian diberi warna
sendiri. Seperti yang dijual di Alun-alun Blora. Pembeli lebih suka pada polosan
dan diwarnai sendiri. Sehingga bisa berkreasi sesuai selera.
“Saya sediakan cat aneka warna jika ingin
mewarnai di tempat sambil menikmati suasana malam di Alun-alun Blora atau di
kampung pelangi dan di rumah kami,” tambahnya.
Harga celengan Gypsum buatannya
terbilang murah meriah. Untuk yang polos dan ukuran kecil Rp 2.500 hingga Rp 6.000
per buah. Sedangkan yang sudah diberi warna bisa mencapai Rp 40.000 per buah
untuk ukuran besar.
Derry mengaku, membuat celengan Gypsum
secara autodidak. Cetakan aneka karakter juga hasil buatan sendiri. “Saya
autodidak, saya punya alat dan karakter sendiri,” ucapnya.
Dia mengaku, sejak dibukanya
destinasi wisata kampung pelangi oleh pemerintah Desa Bangsri, peluang usaha untuk
maju lebih besar. Apalagi jadi satu paket kampung wisata. Para wisatawan bisa
belajar dan membuat secara langsung. Hasilnya bisa untuk oleh-oleh.
“Adanya destinasi wisata kampung
pelangi di Desa Bangsri ini menjadikan berkah dan peluang untuk mempromosikan
celengan Gypsum yang saya buat. Maka saya secara pribadi sangat mendukung
adanya kampung pelangi sebagai destinasi wisata Desa Bangsri,” ungkapnya. (*)