ANTARAKITA.ID, BLORA – Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Perumda Blora Wira Usaha (BWU) kini resmi memiliki jajaran direksi baru. Segudang Pekerjaan Rumah (PR) siap menanti. Termasuk memberesi sengkarut persoalan yang ditinggalkan direksi lama. Mulai Tunggakan Gaji Karyawan yang belum terbayarkan hingga hutang piutang di Bank Blora Artha yang mencapai Milyaran.
Direktur Utama Perumda BWU Yuli Abdul Hakim mengatakan, melihat kondisi saat ini, pihaknya harus membangun BWU dari minus. Dibawah 0. Namun pihaknya tetap optimis bisa membawa kejayaan BWU menuju puncak.
“Bukan dengan minus, tapi sangat minus. Alasannya, obat-obatan tidak ada. Kedua Cash Flow tidak ada. Saldo paling tinggal Satu Juta, itu pun sudah habis untuk operasional. Belum lagi peninggalan hutang sekitar Rp 1 Milyar lebih,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Setelah dilantik tanggal 30 Mei 2024 kemarin, Hakim mengaku langsung tancap gas. Koordinasi dengan berbagai pihak. Termasuk karyawan Apotik yang tersisa di Blora dan Cepu. Sampai sekarang.
Yuli Abdul Hakim menambahkan, kaget pertama kali melihat kondisi BWU yang sangat memprihatinkan. Alasannya, cerita dari para karyawan yang masih tersisa, sampai saat ini belum terbayarkan gajinya. Selain itu, kondisi Apotik banyak obat yang kadaluwarsa, tidak ada persediaan obat untuk pasien atau obat BPJS.
“Setelah melihat keadaan ini, saya bersama teman-teman BWU terutama dengan Direktur Operasional mencoba mengurai persoalan satu persatu. Alhamdulillah mulai terurai. Dari sini, kita ada rasa optimis untuk mengembalikan kejayaan Apotik Blora dan Cepu,” tegasnya.
Sebagai langkah awal, rencananya apotik akan kembali dibuka dalam Satu Minggu ke depan. Untuk obat-obatan juga sudah mulai didatangkan. “Untuk tanggal pastinya masih mencari hari baik, sambil nanti Manaqiban,” tambahnya.
Hakim berjanji tidak akan tutup mata dengan kondisi BWU saat ini. Terutama tunggakan Gaji Karyawan. “Tunggakan Gaji karyawan sendiri sekitar Rp 15 jutaan,” tambahnya.
Meski memulai membangun BWU dari Minus, Yuli Abdul Hakim memiliki seribu cara untuk bisa bangkit. Pertama adalah mendatangkan obat-obatan. Salah satu jalannya adalah menjalin kerjasama dengan perusahaan farmasi. “Ini sebagai awal inovasi. Menutupi yang kemarin dan kita segera cepat-cepat bangkit dari keterpurukan,” tegasnya.
Berikutnya adalah meyakinkan kembali masyarakat dengan para mitra, BPJS dengan inovasi-inovasi baru. Selain itu pihaknya akan melakukan pemasaran secara online. Seperti halo doc serta jemput bola secara langsung.
Keputusan Hakim ini memang sulit dinalar. Kenapa mau terjun untuk mengelola perusahaan yang kondisinya sudah mengenaskan. Merugi bahkan di bawah minus. Termasuk pendapatan yang tak sebanding dengan pekerjaannya sebagai pengacara.
“Kenapa saya mau bangun BWU. Sebetulnya sudah lama sekali saya melihat dan merasakan ini. Dulu tahunya BWU ya karena apotiknya buka tutup, buka tutup. Masak membangun ini tidak bisa. Makanya dari sini saya yang dulunya pengacara mau turun ke BWU dengan standart pendapatan yang turun jauh. Tapi semangatnya ingin membangun kembali kejayaan BWU. Apalagi Apotik ini jadi icon BWU. Utamanya disitu,” ucapnya dengan semangat.
Terkait tanggungan direksi lama, ia mendengar memang tidak sedikit. “Utang pokok yang saya tahu sekitar Rp 900 juta. Belum bunga-bunganya. Untuk solusinya kita perlu duduk bersama BPR, Perekonomian dan pihak terkait,” pungkasnya. (sub)