BLORA,
ANTARAKITA.ID –
Namanya Siti Rohwati. Anak buruh tani. Asal Desa Kepoh, Kecamatan Jati,
Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Usahanya mendapatkan pendidikan patut diacungi
jempol. Baru-baru ini, perempuan berhijab ini menjadi salah satu mahasiswa
lulusan terbaik IAIN Kudus.
SUKSES: Siti Rohwati usai wisuda dan menjadi salah satu mahasiswa lulusan terbaik IAIN Kudus 2022 lalu. |
Siti
bercerita, sejak kecil dirinya harus berjuang untuk mendapatkan pendidikan. Apalagi
kondisi desanya termasuk di dalam hutan. Jauh dari keramaian. Waktu masih SD, apalagi
saat musim hujan tiba, dia harus digendong sang ayah untuk menuju sekolah.
Bukan karena sakit, melainkan kondisi jalan yang rusak.
“Orang
tua saya buruh tani. Lahan sawah waktu itu juga tidak punya. Beli sepatupun
susah. Namun saya terus berjuang dan selalu berusaha memberikan yang terbaik,” ucapnya
dengan bangga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat
SD, Siti mengaku dirinya ingin mondok. Dirinya juga terus berusaha menyakinkan
orang tuanya. Gayung bersambut, orang tua setuju. Bahkan Sapi satu-satunya rela
dijual untuk biaya mondok. Untungnya, saat dipondok dia mendapatkan beasiswa.
Salah satu penyebabnya karena dia masuk keluarga tidak mampu. “Saat sudah di pondok,
alhamdulillah rezeki orang tua ngalir. Usai SMP hingga mau lanjut ke SMA
akhirnya memutuskan untuk mondok lagi,” imbuhnya.
Mahasiswa
Program Studi Pengembangan Islam dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,83
ini menambahkan, saat memasuki masa kuliah, dia sempat mendaftar di 3 perguruan
tinggi. IAIN Walisongo Kudus, IAIN Walisongo Salatiga, UIN Walisongo Semarang.
“Saat
mengikuti tes selama Tiga hari, saya diantar sama bapak motoran dari
rumah ke lokasi. Yaitu di IAIN Walisongo Kudus, IAIN Walisongo Salatiga dan UIN
Walisongo Semarang. Dari tiga itu, dua diantaranya diterima. Namun akhirnya, memilih
IAIN Kudus,” ucapnya saat bercerita.
Tak
sampai di situ, saat memasuki kuliah, perjuangannya untuk memberikan yang
terbaik kedua orang tua terus ia lakukan. Bahkan diawal masuk kuliah, mulai
semester Satu sampai dengan semester Dua, ia harus berhemat lantaran terhambat
uang saku. “Saat awal ibu jualan nasi jagung keliling desa. Dari doa orang tua
dan kerja keras, Alhamdulillah di semester 3 mendapatkan beasiswa,” tuturnya.
Siti
juga berharapan untuk anak-anak Desa jika mempunyai keinginan bisa sungguh
sungguh. Terus berusaha hingga cita cita itu tercapai. Saya ingin menjadi
motivasi generasi muda. Utamanya di Desa Kepoh. Sebab, di sana pendidikannya
masih minim. Mereka harus tahu pentingnya sebuah pendidikan. Terlebih untuk
seorang perempuan. Tidak hanya di rumah saja, namun bisa lebih memanfaatkan
potensinya.
Berkat
kerja kerasnya selama ini, dia mendapat simpati dari Bupati Blora Arief Rohman.
Orang nomor satu di Blora ini mengapresiasi kegigihan dan kesungguhan mahasiswa
yang berasal dari pelosok desa namun tetap berprestasi ini.
“Mbak
Siti ini orang tuanya petani, buruh tani. Desanya di tengah hutan dari Desa Kepoh.
Kita terharu sekali. Sejak kecil mau berjuang sehingga SMP Pondok SMA mondok
dan sebagainya. Ini tentu menjadi inspirasi bagi kita semua. Bagi adik-adik
yang masih belajar untuk terus bersungguh-sungguh dalam menimba ilmu,” ucapnya.
Bupati
mendorong untuk anak-anak SMA bisa berprestasi seperti ini. “Untuk saat ini
kami minta untuk magang di Pemkab, membantu kami,” tuturnya. (*)